Jangan Sembarangan Menyalakan Lampu Hazard

Ilustrasi: Lampu hazard. Sumber: Detikcom.

Ilustrasi: Lampu hazard. Sumber: Detikcom.

Langit mendung memayungi saya ketika beranjak pulang dari tempat kerja di bilangan Kramat-Salemba, Jakarta Pusat sore tadi. Sampai di wilayah Pasar Minggu langit terlihat semakin gelap. Selepas flyover TB Simatupang tanda-tanda hujan akan turun semakin jelas dengan kilatan petir yang sangat terang diiringi suara-suara geluduk. Saya pun memutuskan menepi untuk memakai jas hujan.

Setelah selesai memakai jas hujan saya melanjutkan perjalanan. Melewati stasiun KA Tanjung Barat hujan pun turun. Macet memperlambat perjalanan saya mulai dari perlintasan KA Tanjung Barat hingga memasuki Lenteng Agung. Hujan pun turun semakin deras dan jarak pandang saya semakin terbatas akibat kurangnya cahaya di jalan dan terpaan air hujan di kaca helm. Akhirnya saya terbebas dari kemacetan selepas melewati pintu stasiun KA Lenteng Agung.

Melewati Lenteng Agung arah ke stasiun KA Universitas Pancasila (UP) jalanan bercabang dua. Saya memilih lewat sebelah kanan yang melewati stasiun KA UP. Di depan saya sebuah MPV warna putih menyalakan lampu hazard. Saya yang ada di belakangnya bingung karena mobil tersebut berjalan tidak di kiri tapi tidak di tengah. Karena di sebelah kanan genangan air cukup tinggi, saya pun memilih berjalan agak ke kiri.

Ketika posisi saya sudah hampir dekat dengan mobil tersebut, tiba-tiba dia memperlambat kelajuannya. Saya yang bingung karena mobil itu menyalakan hazard bukannya sein, memilih menepi ke kiri untuk menghindar. Saat saya sudah menepi tiba-tiba mobil tersebut ikut menepi ke kiri. Saya yang menghindari tabrakan akhirnya minggir lagi agak ke kiri. Celakanya jalan di depan saya berlubang dan tidak terlihat akibat genangan air. Braaak… Ban depan menghantam lubang dan saya pun kaget bukan kepalang. Belum selesai kekagetan saya, kira-kira dua meter di depan saya ada kanstein pembatas jalan. Jika saya tidak memutar stang ke kanan, saya pasti sudah menabrak pembatas jalan yang cukup tinggi tersebut. Lemas badan saya seketika menyadari hal tersebut. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.

Sementara mobil celaka tersebut sudah beberapa meter ada di depan saya. Tepat di depan stasiun KA UP, karena dia memperlambat kelajuannya sehingga saya bisa mendahuluinya. Entah apa maksudnya menyalakan hazard sambil berjalan seperti itu. Saya yang tidak menyetir mobil pun paham kalau lampu hazard dinyalakan saat mobil mengalami masalah di tengah jalan, misalnya mogok. Bukan saat berjalan, karena hal tersebut menimbulkan kebingungan pengguna jalan yang ada di belakangnya. Mungkin supir mobil tersebut lulusan sekolah mengemudi yang berlatih mengemudi hanya seminggu kemudian bisa mendapatkan SIM.

Hal yang membuat badan saya semakin lemas adalah kenyataan tadi pagi saya melihat sebuah sepeda motor matic jatuh di depan stasiun Tanjung Barat dengan penumpangnya, seorang wanita, terseret beberapa meter dengan wajah terpuruk ke aspal tidak sadarkan diri. Sementara pengemudinya, seorang pria menahan seretan motornya dengan badan sebelum ditolong oleh orang-orang yang ada di halte. Innalillahi wa innalillahi rojiun.

Tadi pagi saya melihat kecelakaan, sore harinya saya sendiri yang hampir celaka. Allah melindungi saya sehingga saya dan motor saya bisa selamat sampai di rumah. Saya pun bisa menceritakan pengalaman saya tadi. Semoga menjadi pelajaran.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.

Posted from WordPress for BlackBerry.

5 komentar di “Jangan Sembarangan Menyalakan Lampu Hazard

  1. Ping balik: Selamat Tinggal HSX 125D – RiderAlit

Tinggalkan Balasan ke RiderAlit Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.