Lelaki Buta

Lelaki Buta

SEORANG lelaki yang membawa kotak merah kecil di satu tangannya berjalan perlahan di jalan. Topi jeraminya yang tua dan pakaiannya yang sudah pudar tampak seolah-olah sering diguyur hujan, dan matahari juga sering mengeringkannya di badannya. Dia belum tua, tapi dia tampak lemah; dan dia berjalan di bawah sinar matahari, menyusuri trotoar aspal yang terik. Di seberang jalan ada pepohonan lebat yang teduh dan menyenangkan: semua orang berjalan di sisi itu. Tetapi laki-laki itu tidak mengetahuinya, karena dia buta dan terlebih lagi dia bodoh. Baca lebih lanjut

Daging di Meja Makan

Daging di Meja Makan

Disclaimer:

Isi tulisan menggambarkan situasi yang mungkin akan mengganggu (disturbing) untuk sebagian pembaca. Metafora yang digunakan oleh penulis cerpen sangat membutuhkan kebijaksanaan pembaca untuk mengartikannya. Penggunaan gambar hanya sebagai ilustrasi.

JALAN-JALAN sepanjang kota itu menempati ruang istimewa dalam hati Sumarno, begitu juga sebaliknya. Berpuluh tahun dia jadi saksi perubahan zaman yang terjadi di kotanya. Andai saja tiap ruas jalan itu punya jemari, tentu nama Sumarno akan mereka catat dengan tinta emas lalu dibingkai dalam sejarah. Tapi apalah artinya jelata seperti Sumarno, yang kaumnya cuma bisa pasrah dan tabah ketika dijadikan tumbal oleh para penguasa. Baca lebih lanjut

Perawan Besi

Nuremberg Castle

Disclaimer:

Isi tulisan mungkin menggambarkan situasi yang akan mengganggu (disturbing) untuk sebagian pembaca. Kebijaksanaan pembaca sangat dibutuhkan untuk bisa memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis cerpen. Penggunaan gambar hanya sebagai ilustrasi.

INI adalah sebuah kisah yang mengerikan.

Kisah ini terjadi bertahun-tahun yang lalu, tetapi aku masih mengingatnya dengan jelas. Aku tidak akan pernah melupakannya – dan istriku pun tidak akan pernah melupakannya. Baca lebih lanjut

Si Cantik Maysaroh

Si Cantik Maysaroh

DIA tak bisa dikatakan sekedar cantik. Konon kata tetangganya Tuhan Sang Empunya keindahan telah mendandaninya terlampau berlebih. Bahkan boleh dikatakan, bunga bakung di padang yang lebih anggun dibandingkan Raja Sulaiman dalam segala kemegahannya pun akan tersipu malu di hadapan Maysaroh, apalagi kalau sekedar kecantikan bintang sinetron dan opera sabun di layar kaca. Pokoknya dia tak tertandingi. Titik. Tidak oleh Ratu Syeba dari Ethiopia, tidak oleh Cleopatra dari Iskandariah, tidak juga oleh Fatimah dari Pemana dan Badariah dari Kodja Doi. Singkatnya tidak tertandingi oleh semua yang perawan dan tak lagi perawan di tiap pesisir pulau-pulau kecil sepanjang bentangan permai laut Flores. Baca lebih lanjut

Bursa Efek Jakarta, Suatu Senja

Starbucks Coffe SCBD

BURSA EFEK JAKARTA, Tower 2 lobi depan. Jam 7 pagi. Manusia-manusia global penghuni kompleks perkantoran masih terbenam di jalan raya. Hiruk-pikuk lalu lintas. TransJakarta yang penuh sesak. Three in oneĀ nan menyebalkan akibat dari sebuah metropolitan yang ketinggalan dalam sistem transportasi umum. Akhirnya menyisakan satu pilihan: macet di jalan atau berangkat pagi-pagi. Kupilih pilihan kedua, berangkat pagi-pagi. Lebih baik pagi datang ke kantor ketimbang dihajar kemacetan yang semakin luar biasa di Ibukota sebuah negeri elok bernama Jakarta. Baca lebih lanjut

Kenangan Sepanjang Jalan

Patung Dirgantara (Patung Pancoran)

DINGIN menusuk tulang. Hawa dingin malam menyelinap diam-diam, meski Citra telah memakai jaket cukup tebal. Ia makin merapatkan jaket. Sesuatu hal yang sia-sia karena dingin tetap saja menusuk. Citra melirik jam tangannya. Wah, ternyata sudah pukul 02.00. Malam semakin beranjak larut dan kini pagi telah menjelang. Waktu yang baik untuk tidur, tapi Citra masih harus ada di kantor.

Citra melangkah menuju parkiran mobil. Betapa melelahkan hari ini. Selama sehari penuh mulai dari pukul 09.00 hingga pukul 01.00 dini hari ia harus memberikan supervisi kepada editor dan tim kreatif. Sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai asisten sutradara merangkap produser untuk melakukan semua itu. Baca lebih lanjut