Melanjutkan perjalanan RiderAlit ke Taman Wisata Candi Prambanan, setelah memasuki lapangan parkir selanjutnya adalah membeli tiket masuk. Saat menuju ticket box (loket pembelian tiket masuk), kami melewati pusat informasi untuk wisatawan mancanegara dan saat memasuki ticket box-nya banyak wisatawan domestik dan mancanegara. Ternyata ticket-box untuk wisatawan domestik dipisahkan dengan ticket-box untuk wisatawan mancanegara.
Memasuki ticket box, kami mengantri persis seperti jika akan membeli karcis KRL Commuter Line. Tiketnya pun menggunakan tiket elektronik (RFID/Radio Frequency Identification) sama persis seperti tiket KRL Commuter Line. Terus terang, RiderAlit kurang menyukai sistem komputerisasi tiket seperti ini. Tahu kenapa? Ikuti terus sampai akhir artikel 😀 .
Ada dua macam paket wisata yang ditawarkan untuk wisatawan domestik. Wisata Candi Prambanan saja dan wisata Candi Prambanan plus Candi Ratu Boko. Harga tiket untuk wisata Candi Prambanan saja sebesar tiga puluh ribu rupiah untuk dewasa dan dua belas ribu lima ratus untuk anak-anak usia 3-5 tahun. Jika sobat ingin paket plus Candi Ratu Boko, cukup tambahkan lima belas ribu rupiah.
Setelah membeli 4 tiket masuk, RiderAlit beserta rombongan mengantri di gate yang disediakan untuk men-tap tiket tersebut. Persis seperti saat sobat men-tap tiket KRL Commuter Line. Bentuk gatenya pun sama. Setelah men-tap, petugas langsung mengambil kembali dan memasukan tiket yang sudah di-tap kedalam baki.
Setelah men-tap tiket, maka sampailah kami di Taman Wisata Candi Prambanan. Kami pun disambut dua maskot Candi Prambanan 😀 . Setelah berjalan beberapa ratus meter akhirnya kami memasuki pelataran Candi Prambanan. Banyak sekali wisatawan yang berfoto-foto di pelataran candi. Sebagai informasi, sebaiknya sobat membawa payung saat berkunjung. Karena jika cuaca cerah, maka sinar mentari sangat terasa panas. Tidak heran jika disana banyak yang menyewakan payung.
Setelah puas berfoto, kami melanjutkan jalan-jalan ke kompleks candi. Sebelum memasuki kompleks candi, kami dihadang oleh sepasukan “fashion police” yang tidak segan-segan menilang jika para wisatawan tidak mengenakan kain batik 😀 . Heuheuheu… akhirnya dengan bantuan mereka, kami memasuki kompleks candi setelah “di-make-over” 😀 . Banyak diantara mereka adalah remaja-remaja yang sepertinya siswa-siswi yang sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan). Tapi ada juga senior mereka yang lebih tua.
Sangat menyenangkan rasanya saat memasuki kawasan candi. Langit biru cerah dan pemandangan stupa candi yang tinggi menjulang menjadi pemandangan yang indah. Selain itu, pemandangan Gunung Merapi dikejauhan turut melengkapi keindahan kompleks Candi Prambanan. Ada juga beberapa wisatawan mancanegara yang dibimbing oleh beberapa tourist guide (pemandu wisata) yang usianya masih remaja. Namun jangan salah sobat, walaupun remaja ternyata mereka mahir berbahasa Inggris. RiderAlit ikut mencuri dengar pembicaraan mereka 😀 . Ternyata mereka sedang menceritakan sejarah dan bangunan Candi Prambanan.
Kira-kira jam 11:20 kami meninggalkan kompleks candi. Ibunda dan mbah putri menunggu di saung-saung yang ada di Taman Wisata Candi Prambanan. Sedangkan RiderAlit dan pakde keluar menuju masjid untuk sholat Jum’at.
Saat mencari-cari masjid di dalam kawasan candi ternyata tidak ada. Akhirnya RiderAlit bertanya pada petugas disana, katanya masjid ada di luar kawasan Taman Wisata Candi Prambanan. Waduh! Berarti harus keluar. Nanti masuk ke kawasan taman candi berarti harus beli tiket masuk lagi. Usut punya usut, RiderAlit bertanya pada petugas apakah wisatawan boleh berkunjung kembali setelah sholat Jum’at.
Alhamdulillah, ternyata petugas tersebut memberikan keringanan pada RiderAlit. Petugas itu pun mau sholat Jum’at dahulu. Yup, inilah salah satu kekurangan sistem komputerisasi tiket masuk. Kalau tiketnya berupa kertas karcis, mungkin masih bisa ditunjukan potongannya kalau kita telah membeli tiket dan keluar sebentar untuk kemudian kembali lagi ke kompleks candi. RiderAlit dan pakde meninggalkan taman wisata tersebut lewat pintu keluar-masuk khusus petugas dekat dengan ticket box. Sekitar jam dua belas kurang dua puluh menit akhirnya kami sampai di Masjid Raya Al-Muttaquun.
Selesai sholat Jum’at sekitar pukul dua belas lebih tiga puluh menit. RiderAlit dan pakde kembali ke Taman Wisata Candi Prambanan sambil membawa botol-botol air mineral untuk minum. Tapi pakde memutuskan untuk tidur siang di mobil. Mungkin dia lelah 😀 . RiderAlit pun kembali ke pintu masuk dan meminta izin pada petugas disana yang menggunakan seragam PDL (Pakaian Dinas Lapangan) TNI.
“Maaf, pak. Saya tadi sudah beli tiket, tapi keluar dulu untuk sholat Jum’at. Orang tua saya masih ada didalam.” Kira-kira seperti itulah kata-kata yang RiderAlit ucapkan pada petugas tersebut. Dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa Jawa 🙂 . Petugas tersebut pun memberikan izin. Alhamdulillah, semoga Allah SWT melancarkan semua urusan bapak.
RiderAlit menemui ibunda dan mbah putri yang menunggu di saung yang ada di taman sambil memberikan botol-botol air mineral tersebut untuk diminum. Selanjutnya kami mengunjungi kuda tunggang Candi Prambanan di dekat area Brahmana. Tarif untuk menunggang kuda sebesar tiga puluh ribu rupiah untuk sebuah putaran kecil di area Brahmana.
Selesai menunggang kuda, RiderAlit bertiga dengan ibunda dan mbah putri memutuskan untuk pulang. Sebelum menuju ke lapangan parkir kami mencari mushola di dalam kawasan taman karena ibunda dan mbah putri hendak sholat Dzuhur. Sayang, mushola yang ada di kawasan taman tidak menyediakan mukena.
Cerdasnya pihak yang mengatur tata ruang di Taman Wisata Candi Prambanan. Pada saat menelusuri jalan keluar, dipastikan wisatawan harus melewati pusat oleh-oleh Candi Prambanan. Kios-kios yang menawarkan cendera mata berjajar dikiri dan kanan jalan hingga membentuk koridor (gang). Sudah tentu para pedagang berteriak menawarkan souvenir yang dijajakan di kios mereka pada para pengunjung.
Akhirnya setelah kami sampai di pintu keluar kami mencari mushola lain yang ada di dekat-dekat taman. Alhamdulillah, di dekat pusat informasi ada sebuah mushola besar dengan jumlah mukena yang melimpah. Petugas yang berjaga di mushola pun cepat tanggap dengan merapikan alas kaki para jamaah yang berserakan di pinggir mushola dan merapikannya ke rak.
Singkat cerita, setelah menunggu ibunda dan mbah putri sholat, kami melanjutkan perjalanan ke lapangan parkir. Sebelum sampai di lapangan parkir, RiderAlit sempat membeli beberapa booklet yang ditawarkan oleh penjual booklet keliling. Seperti yang biasa terdapat di lokasi pariwisata, booklet-booklet tersebut biasanya berisi tentang informasi sejarah dan bangunan tempat wisata tersebut. Harganya cuma dua ribu rupiah per booklet. Walaupun sebenarnya informasi lengkap tentang Candi Prambanan bisa ditemukan di Internet dengan mudah, tapi tetap saja RiderAlit beli booklet tersebut. Buat kenang-kenangan dan untuk menyenangkan hati penjualnya 🙂 .
Sampai di lapangan parkir, kami langsung tancap gas menuju Wuryantoro melewati Manyaran untuk selanjutnya singgah di Pasar Kota Wonogiri. Sepanjang perjalanan keluar dari Taman Wisata Candi Prambanan, pemandangan Gunung Merapi di kejauhan di sebelah kiri seolah mengucapkan selamat jalan kepada kami. Perjalanan menuju Pasar Kota Wonogiri sangat mengasyikan. Pada artikel berikutnya akan RiderAlit ceritakan perjalanan kesana.
Yup, inilah cerita RiderAlit saat mengunjungi Taman Wisata Candi Prambanan. Nantikan cerita berikutnya, sobat. Stay tuned 🙂 .