Gowes ke Curug Nangka Lewat Kota Batu

Curug Kaung

Beberapa wisatawan menyaksikan dari kejauhan keindahan Curug Kaung.

Memanfaatkan cuti dan libur akhir tahun lalu saya bersepeda ke wisata alam Curug Nangka yang berlokasi di desa Sukajadi, kecamatan Tamansari, Ciapus, Bogor. Pukul enam lebih beberapa menit pada pagi 27 Desember 2017, saya bersiap-siap mengayuh sepeda dari rumah. Tak ada persiapan khusus, hanya riding gear lengkap dan sebotol air minum dalam tas dan doa dalam hati tentunya. 🙂

Menelusuri jalan raya Bojonggede, Cilebut hingga Kebon Pedes yang masih cukup sepi saya nikmati hembusan udara pagi yang masih terasa dingin diatas sepeda. Sesampainya di perlintasan kereta api jalan Kebon Pedes ke arah jalan Pemuda, saya memilih berbelok ke kanan lewat Pondok Rumput. Kawasan ini masih sepi, selain beberapa angkot dan sepeda motor yang lewat tidak ada aktivitas yang terlihat di ruko atau toko-toko di pinggir jalan. Tiba di ujung jalan Perwira saya mengarahkan sepeda ke kanan menuju jalan Merdeka.

Dari Merdeka saya menuju Pasar Mawar kemudian berbelok menuju Stasiun Bogor. Karena sistem satu arah sudah diterapkan, saya tidak bisa langsung menuju jalan Paledang dari Stasiun Bogor. Saya menelusuri jalan Kapten Muslihat hingga bertemu U-turn di jalan Ir. Juanda kemudian berputar kembali menuju jalan Paledang. Namun, belum sempat menyeberangi rel KA, ternyata lalu lintas terhenti karena ada rangkaian lokomotif yang melintas di jalur Bogor-Sukabumi. Saya pun menunggu hingga lokomotif tersebut lewat.

Menelusuri Paledang yang lenggang dari lalu lintas terasa sangat menyenangkan. Di jalan yang agak menanjak ketika saya hendak berbelok ke  arah Bogor Trade Mall (BTM) saya melambatkan laju sepeda. Jalan Ir. Juanda ini cuma satu arah, jadi kalau saya mau menuju ke Bogor Trade Mall harus melawan arah. Karena saya tidak mau melanggar aturan dengan melawan arus, maka saya menuntun sepeda saya melewati trotoar di depan perkantoran hingga sampai di BTM. Dari sana saya kembali mengayuh sepeda saya menuju Pulo Empang.

Jalur dari Pulo Empang sedikit menanjak menuju Pancasan. Suasana lalu lintas semakin ramai dan udara mulai panas. Sesampainya di sebuah apotik saya memilih beristirahat dan recharge. Hm… apotik ini letaknya strategis, tepat dipertigaan jalan. Kalau lurus saya menuju Curug Nangka melewati Pancasan dan Kota Batu. Kalau berbelok ke kanan saya tetap bisa ke Curug Nangka melewati Ciomas, seperti tiga tahun lalu. Akhirnya saya memilih lurus menuju Kota Batu.

Jalur ini adalah tanjakan tanpa ampun. Kita tidak akan menemui jalan datar. Beberapa kali saya memutuskan untuk beristirahat. Beberapa kali pula saya berpapasan dengan pesepeda lain. Kring… kring… begitu mereka membunyikan bel sepedanya menyapa saya. Saya pun membalasnya dengan seulas senyuman.

Menanjak, menanjak dan menanjak. Puncak Gunung Salak di kejauhan seolah menjadi penyemangat untuk terus melanjutkan perjalanan. Jangan menyerah. Ingatlah kalau berangkatnya harus bersusah-payah menanjak, nanti saat pulang rasanya seperti meluncur. Seperti beberapa pesepeda yang tadi menyapa. Beberapa penunjuk jalan seolah mengingatkan, “Kamu belum sampai! Ayo teruskan!”

Berbelok di pertigaan Perkemahan Sukamantri mengingatkan saya dengan pengalaman saat sekolah dulu. Kangen sekali saya rasanya, sudah lama sekali tidak menikmati gelapnya kabut dan dinginnya malam-malam di perkemahan Sukamantri, temaram obor dan lampu badai, kemah-kemah dan kedai-kedai berdinding bambu disana. Sejenak kenangan menghantui saya saat masih harus menanjak. Akhirnya saya beristirahat kembali di sisi jalan dimana pemandangan Gunung Salak tepat berada di kelokan jalan.

Seorang pesepeda dari arah berlawanan terlihat meluncur turun dengan asyiknya saat saya beristirahat. “Pagi…,” begitu beliau menyapa saya. Saya balas dengan acungan jempol. 🙂 Curug Nangka merupakan rute gowes favorit, tidak hanya wisatawan lokal, wisatawan asing pun banyak yang mencicipi tantangan jalan menanjak dan indahnya pemandangan disana. Seperti bapak keturunan Tionghoa yang menyapa saya tadi. Kalau sobat pernah berkunjung ke Curug Nangka, mungkin sobat pernah mendengar para pesepeda tersebut bercakap-cakap dalam bahasa asal negaranya diantara rombongan group riding mereka.

Sampailah saya di kecamatan Tamansari, Ciapus. Akhirnya karena persediaan air minum saya sudah habis, saya memutuskan untuk mengisi perbekalan di sebuah mini market di pinggir jalan. Kira-kira lima ratus meter dari sini ada jalan masuk menuju Pura Parahyangan Agung Jagatkarta.

Ampun! Benar-benar tanjakan yang menantang, membuat pesepeda termehek-mehek. 🙂 Setelah melewati jalan masuk ke Pura tadi sebenarnya ada turunan. Tapi tidak seberapa. Setelah itu aspal rusak dan jalan kembali menanjak. Tanjakannya semakin curam dan berkelok-kelok. Tidak ada trotoar, jangan harap. Inikan kaki gunung, siapa juga yang mau jalan-jalan di trotoar heuheuheu… 🙂 Hanya alang-alang atau lahan kosong di kanan-kiri jalan.

Menanjak, menanjak, menanjak… terus menanjak. Hingga sampailah disana. Inilah yang saya tunggu-tunggu sedari tadi. Pertigaan The Highland Park Resort Hotel Bogor! Ah, saya anggap ini garis finish, walau saya masih harus melanjutkan kembali perjalanan kurang lebih satu kilometer menuju gerbang Curug Nangka. Betapa senangnya hati saya. Alhamdulillah, sampai juga akhirnya. 🙂

Dari sana perjalanan masih harus menanjak lagi. Tapi saya lewati dengan sangat senang. Kabut putih dan pemandangan vila di tepi jalan menjadi pengobat lelah. Suasana sepi, tidak terlihat banyak kendaraan wisatawan. Hanya satu-dua sepeda motor dan mobil yang hilir mudik memasuki atau keluar dari gerbang karcis Curug Nangka.

Alhamdulillah, puas rasanya sudah sampai disini. Pemandangan disana bagaimana? Ah, baca saja catatan saya tiga tahun lalu tentang Curug Nangka disini, disini dan disini. Tulisan ini rasanya sudah terlalu panjang. Saya mau menikmati meluncur turun dulu dari Curug Nangka. 😀

Sampai jumpa di catatan saya berikutnya tentang gowes ke Curug Nangka lewat Ciomas. Tapi mungkin sebelumnya saya akan berbagi keindahan Bukit Pelangi dari atas sepeda.

Selamat berakhir pekan, jangan lupa berolahraga. Salam hangat dari kota hujan. 🙂

2 komentar di “Gowes ke Curug Nangka Lewat Kota Batu

  1. Ping balik: Gowes Seru di Bukit Pelangi – RiderAlit

  2. Ping balik: Cycling Vlog: Gowes ke Curug Nangka – RiderAlit

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.